Bini dan Cikini
Bini memakai kaos warna pink kesukaanya. Tidak lupa celana jeans dan sepatu pink yang dibelikan oleh orangtua pacarnya. Setelah berpamitan dengan Tantenya, ia lalu berangkat. Naik bus sampai ke Megaria, tempat di mana temannya (seharusnya) telah menunggu.
Sesampainya di sana, Bini menunggu di dalam bioskop. Sambil sesekali meliat-lihat daftar film yang sedang diputar saat itu. Tidak ada yang menarik, pikirnya. Tapi dia sudah memilih salah satunya, siapa tau nanti mau nonton, sambil mencari-cari informasi berapa harga tiket nontonnya. Malu dong nanti kalau uangnya tidak cukup untuk beli tiket dan jajan kacang.
Setelah 15 menit, handphone nya berbunyi. Dari nomor asing. Ternyata nomor wartel.
‘Bini, di mana?’
‘Di Megaria’
‘Iya di sebelah mana?’
‘Di dalam bioskop’
‘Oooh, coba keluar deh aku ada di dekat stasiun, dekat orang-orang jual bunga’
Bini menutup telepon sambil tersenyum. Di dekat orang jual bunga? Mau ngapain sih dia? Mau kasih bunga kali ya?
Sejujurnya Bini tidak terlalu kenal dengan tempat itu. Maklum, baru beberapa minggu di ibu kota. Setelah jalan beberapa saat dan tetap tidak menemukan di mana stasiun dan penjual bunga, telponnya berdering kembali. Mungkin karena kasihan, akhirnya Bini dijemput. Oh ternyata jarak stasiun Cikini dan Megaria hanya selemparan kolor Rambo.
Akhirnya Bini bertemu dengannya. Masih dengan senyuman jahilnya yang dulu ia benci setengah mati.
Mereka berdua berjalan ke arah stasiun. Lalu Bini diajak naik kereta ekonomi super padat menuju Depok.
Dalam hati Bini berbisik ‘Aku pikir mau diajak nonton…’
bersambung…
Comments are closed.
Hhahaa salah dong ya 😄