Lukisan Bapak Dwi
My husband is good at drawing and painting.
Kira-kira tahun 2007 ketika kami akhirnya dipertemukan kembali, dia cerita bahwa dulu ketika kami masih sama-sama di bangku SMP, dia pernah mencuri foto saya yang saat itu dicetak di kertas pemilihan pengurus OSIS. Kami sama-sama kandidat waktu itu. Kandidat tidak boleh memilih. Tidak boleh mengambil kertas pemilihan, tetapi dia mencurinya. Lalu untuk apa dia mencuri kertas pemilihan (yang ada foto saya)? Untuk menggambar saya.
Cerita ini dikonfirmasi oleh Adik dan Ibunya (yang sekarang menjadi Adik dan Ibu saya :p). Lalu kenapa dia tidak minta langsung foto saya? Atau memberikan hasil sketch wajah saya waktu itu? Karena kami tidak pernah berteman sejak SMP. Saya benci setengah mati sama laki-laki kecil yang isengnya bukan main itu. Hahaha. Yagitudeh.
Long story short, setelah 10 tahun tidak bertemu, akhirnya kami dipertemukan kembali. Lalu saya kualat. Dua tahun sejak kami bertemu kembali, akhirnya saya dinikahi.
Hobi menggambarnya kembali sejak kami pindah ke Singapura. Banyak waktu luang ia gunakan untuk menggambar. Saya tentu saja mendukungnya. Kecuali kalau alat-alat gambarnya berserakan, maka murkalah saya. Lalu biasanya dia akan cengengesan saja. Dari dulu masih sama. Nyebelin.
Yang aneh adalah, dia tidak pernah berhasil menggambar saya atau L. Selalu gagal. Selalu tidak mirip. Padahal kalo disuruh gambarin orang, selalu berhasil. Katanya, terlalu banyak emosi ketika menggambar saya atau L. Alasan saja ya.
Anyway, ini adalah karyanya yang terakhir. Saya suka sekali. Sehingga saya ijinkan dia untuk menempatkannya di ruang tv rumah kami.