Jason Mraz, Matah Ati dan Harry Potter!
Kalo lagi ribet, mendingan gak usah baca postingan ini, karena postingan ini akan panjang. Akan bercerita tentang 3 pertunjukan yang saya kunjungi beberapa bulan terakhir. Maklum, setiap nonton pertunjukan yang bagus, langsung janji mau nge blog. Ujungnya? Terlalu sibuk sama ingatan-ingatan indah setiap pertunjukan. Silahkan dianggap saja, saya malas :p
1. Jason Mraz, Love is a Four Letter Word Tour, Lapangan D Senayan, Jakarta, 22 Juni 2012.
Saya tahu mengenai konser ini dari timeline @almaujudy. Beliau menjual tiket yang sudah dibelinya karena harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis pada tanggal tersebut. Suami saya kemudian membelinya. Di luar rencana sebenarnya. Tapi sungguh tidak sabar juga, Jason Mraz gitu kan?
Bicara soal Jason Mraz, saya bukanlah die-hard-fans nya. Hanya sangat menyukai lagu-lagunya. Liriknya yang penuh makna dan suaranya yang yaampun-banget-deh. Saya suka sekali dengan The Remedy (I Won’t Worry), You and I Both, If It Kills Me, Make it Mine, Details in the Fabric dan dari albumnya yang paling baru, I Won’t Give Up dan The Woman I Love. Yang terakhir saya sebutkan adalah lagu cinta paling bikin hati meleleh :p
See? Dari sekian banyak lagu dan singles nya, gak banyak yang saya suka banget banget gitu. Saya tidak mendengarkan albumnya terus-terusan sepanjang hari. Walaupun begitu, tetap Mas Jason selalu di hati 😀
Saya berangkat sore hari dari rumah (saya sudah resign waktu itu) menuju Senayan. Jemput suami saya di kantor, makan kerak telor lalu berangkat ke venue. Entah sebenarnya ini acara dari Bank BRI atau apa, tetapi saya rasa memang promosinya kurang. Banyak teman saya yang kecele. Mereka gak tau kalo Jason Mraz datang ke Jakarta. Venue tampak lengang, tidak sumpek seperti layaknya konser artis besar. Masih kalah sama sumpek dan penuhnya KRL Serpong-Tanah Abang. Security kurang galak :p Tau gitu nekat aja kali ya bawa kamera hihihihi.
Sampai di dalam tempat acara, ada satu kejutan untuk saya. Tidak jauh dari tempat saya dan suami berdiri. Bergerombol beberapa perempuan, laki-laki dan dua anak kecil. Tebak siapa salah satu dari laki-laki itu? Duta Sheila on 7!!!!!!
Mau histeris kok malu. Mau jaim kok hati bergejolak XD
Duta adalah cinta monyet saya. Saya menggemari beliau sejak jaman SMP. Ngefans gilak pokoknya. Seperti layaknya anak ingusan yang jatuh cinta pada band kegemarannya, waktu itu saya rajin mengirim surat ke fans club nya, beli majalan yang isinya pin-up Sheila on 7 kemudian menempelnya di sela-sela dinding kamar.
Dari dulu selalu kepengen ketemu muka. Baru dikabulin pas udah beranak satu gini. Suami saya yang tau banget soal ini, kemudian bertanya apakah saya pengen foto apa enggak. Setelah menyimpan malu, dengan wajah sumringah saya menghampirinya dan …mintak foto bareng! Biarin ah, dikata norak bodo amat :p Kesempatan (mungkin) cuma datang sekali.
Cukup soal Duta. Konser Jason Mraz malam itu tentu saja sangat memesona. Iringan teman-teman band nya yang ciamik, suara Jason Mraz yang bening dan crowd yang menggila. Lagu yang dibawakan memang kebanyakan dari album barunya (yaiyalah konser promo album baru -_-), koor penonton membahana pada lagu-lagu yang akrab di telinga kita semacam, I’m Yours dan Lucky.
Karena hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Jason Mraz dan ulang tahun kota Jakarta, penonton kemudian bernyanyi selamat ulang tahun bersama dipandu oleh band mates. Secara menggelikan, Jason Mraz juga sempat menyanyi ‘disini senang..disana senang..’ 😀
Saya dan suami sempet kaget sewaktu Mr. Curiosity dibawakan. Selama ini kami kira suara seriosa yang menjadi bagian dari lagu dinyanyikan oleh orang lain, ternyata…oleh Jason Mraz sendiri. Merinding mendengarnya!
After all, setelah hampir 2,5 jam dimanjakan oleh suara merdunya, konser berakhir. Kaki saya pegal luar biasa karena berdiri sepanjang acara. Kami lalu berjalan ke arah tukang jualan sate padang lalu menutup malam dengan makan satu porsi sate dan meluruskan kaki.
2. Matah Ati, Gedung Teater TIM, Jakarta 29 Juni 2012.
Percayalah, setelah melihat pertunjukan ini, saya semakin yakin bahwa dulu saya salah memilih sekolah. Saya belajar menari jawa mulai dari TK. Private dengan Bu Atin, guru menari di sekolah saya. Setelah SD, saya belajar menari di sebuah sanggar tari. Selama SD itu pula saya sering mengikuti lomba-lomba tari Jawa. Ketika lulus SD, saya hanya mau masuk ke SMP 2, karena di SMP itulah ada ekstrakulikuler menari. Pun ketika masuk SMP itu, saya diselamatkan oleh piagam Juara 1 menari tingkat Kabupaten (?). Mendongkrak nilai NEM supaya bisa diterima 😀
Seharusnya saya tetap menari. Seharusnya saya tidak berhenti ketika SMA. Seharusnya seharusnya seharusnya…
Ketika mendengar cerita bagaimana Matah Ati sukses digelar di Singapore dua tahun lalu, saya percaya, pertunjukan ini bukanlah pertunjukan biasa. Maka, ketika Matah Ati kembali digelar di Indonesia, saya berjanji akan menontonnya.
Sayang, tiket cepat sekali laku terjual. Hanya tersisa VIP dan VVIP waktu itu. Karena bokek abis nonton Jason Mraz, maka saya pasrah sambil was wes wos semoga bisa nonton pertunjukan yang di Solo bulan September mendatang.
Beruntung, Rini membantu saya mencarikan tiket. Kemudian tiba-tiba hari Jumat sore saya sudah berada di TIM mengambilnya dan malamnya sudah duduk manis di dalam gedung teater TIM. Menanti pertunjukan.
Pertunjukan Matah Ati menggabungkan seni tari, suara dan peran. Bercerita mengenai perjuangan Raden Mas Said putera dari Pangeran Arya Mangkoenegoro yang berjuang melawan praktek politik kerajaan Kartasura yang didukung VOC. Raden Mas Said didukung oleh kesetiaan seorang perempuan biasa yang datang dari dusun Matah bernama Rubiyah. Atas kesetiaan Rubiyah dalam mendampinginya, Raden Mas Said kemudian memberinya nama Matah Ati. Dari sepak terjang perjuangannya tersebut, Matah Ati kemudian telah menjelma sebagai simbol semangat, ketangguhan dan kesetaraan seorang wanita Jawa.
Terus terang, sepanjang pertunjukan saya bengong. Bengong dan merinding melihat betapa indahnya tari-tarian dan cerita yang dibawakan. Didukung dengan tata panggung, tata busana dan lampu sorot yang megah, pertunjukan ini berada di posisi teratas pada daftar pertunjukan yang saya tonton setahun ini.
Sepanjang perjalanan pulang, saya dan suami tak henti-hentinya bertukar cerita. Kadang masih merinding jika mengingat adegan-adegan favorite. Oh ya, adegan favorite saya adalah adegan perang dengan caping berterbangan. Whoaaaa! Super sekali pokoknya!
Sekarang saya masih menghitung-hitung kemungkinan menonton lagi di Solo tanggal 8 September nanti. Kalaupun waktunya tidak mendukung, saya berjanji akan membelikan tiket untuk Bapak Ibu dan Bapak Ibu mertua saya untuk menontonnya.
Buat yang belum nonton, HARUS NONTON POKOKNYA!
3. Harry Potter the Exhibition, Art Science Museum, Singapore, July 6, 2012.
Saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tumbuh dengan cerita Harry Potter. Dulu, ketika kuliah saya gak pernah bisa beli bukunya. Bisanya pinjem :p Dibacanya bergiliran teman-teman satu kos. Harus cepat-cepat karena yang antri pinjam sudah banyak 😀
Kalau ditanya siapa tokoh favorite saya di serial itu? Saya jawab, Luna Lovegood. Dulu, ketika mencari nama untuk bayi saya, nama Lemon bersaing keras dengan Luna Lovegood. Tapi, kok kayaknya akan susah diajukan ke Bapak Ibu dan terlalu freak menamai anak sendiri dengan Luna Lovegood :p
Ketika saya mendengar soal pameran ini, saya langsung mencari waktu yang pas untuk menonton. Untungnya, waktunya pas dengan jadwal kepindahan suami saya kesana.
Exhibition ini berisi barang-barang yang dipakai dalam film Harry Potter. Pameran ini dibagi menjadi beberapa ruangan. Di bagian awal, terdapat The Flying Ford Anglia, mobil yang menerbangkan Harry dan Ron ke Hogwarts pada tahun kedua sekolah mereka, setelah mereka telat mengejar Hogwarts Express. Setelah itu, pengunjung akan difoto dengan syal dan tongkat sihir. Hasil foto ini bisa dicetak dengan harga $12 (punya kami ada, tapi males nge scan :p). Setelah itu, kami diajak memasuki ruangan seleksi (lengkap dengan topi seleksi). Disini beberapa orang dipersilahkan mencoba memakai topi seleksi. Seru!
Kemudian kami masuk ke ruangan dimana terdapat sederet layar mempertunjukkan beberapa adegan di film Harry Potter, kemudian disambut dengan kereta api Hogwart Express yang gedeeee dan ngagetin :p. Setelah dari situ, kita bisa melihat beberapa jubah dan pakaian yang dipakai oleh para pemeran. Saya baru sadar kalau sepatu converse bunga-bunga yang berwarna ungu, yang digunakan Luna Lovegood persis sama dengan sepatu saya jaman kuliah. Ibu saya masih menyimpanya hihihi.
Tidak hanya itu, terdapat juga Gryffindor Common Room (lengkaaaap dengan perintilan ini itu), Portrait Gallery (dengan gambar yang bergerak-gerak persisss di film), Professor Sprout’s Robs dan satu meja penuh dengan Mandrake yang akan berteriak jika diangkat. Sumpah beneran serem ih.
Disitu juga saya bisa melihat Dementor! Booook, walopun tau itu cuma bikinan, serem aja bawaanya, dan langsung sedih begitu lewat (iya lebay :p). Suasana mendukung sih. Apalagi pas ngeliat beberapa bagian muka Lord Voldemort. Ish, langsung berasa kayak di cekek *eh. Pokoknya di bagian Dark Forces emang serem :p
Bagian yang menyenangkan, selain bisa melihat jubah-jubah, baju-baju prom, tongkat sihir, perlengkapan Quidditch dan Hagrid’s Hut adalah Shop!
Di situ pengunjung bisa membeli souvenirs Harry Potter. Mulai dari kaos, boneka Hedwig, tongkat sihir sampai makanan-makanan seperti Chocolate Frog dan Bertie Bott’s Every Flavors Bean.
Hhhh. I was so happy! Pulang dengan sekantung berisi foto, the Official Exhibition Guide, Chocolate Frog dan Bertie Bott’s bean!
Oh ya, karena gak boleh bawa kamera masuk, kalo mau foto-foto mendingan di bagian depan aja. Ada Flying Ford Anglia digantung di pintu masuk, masih boleh kalo mo foto-foto 😀
Okay! Selesai! Yang mau ke kamar mandi silahkan :p
Now, photos!
Comments are closed.
Mémé, itu permen ga dimakan? Sayang lho kapan lagi bisa makan permen rasa earwax. Hehehe
Udah dimakan, rasanya sama aja bukan rasa ajaib tauk
Sent from my iPhone