Unyil
Pada suatu pagi yang cerah, saya yang baru bangun tidur seketika ingin sekali punya kucing. Dari kecil dulu, Ibu saya tidak pernah mengijinkan saya memelihara kucing karena dianggapnya saya yang tidak bisa mengurus. Selang sehari setelah saya bilang sama suami saya kalau saya kepengen punya kucing, tiba-tiba ada satu anak kucing nyasar di halaman rumah. Adik saya kemudian memberinya susu dan tempat untuknya tidur. Tetapi sayang, sepulang kantor di malam harinya, kucing itu sudah pergi. Mungkin benar, dia hanya tersesat kemudian dia kembali ke ibu nya.
Setelah itu, saya tak pernah lagi merengek minta kucing. Saya pikir, toh saya sedang hamil. Banyak cerita gak bagus menggabungkan ibu hamil dan kucing dalam satu rumah. Jadi saya pikir, nanti saja kalau Lemon sudah besar, saya akan memberikan dia kucing.
Beberapa minggu setelah itu, teman saya Rini, mengumumkan di account twitter nya bahwa dia sedang memberikan anak kucing nya pada seorang temanya. Dalam hati: saya mau minta! Belum sempat saya mengirimkan BBM padanya, suami saya sudah duluan mengirimkan BBM nya yang berisi: Sayang, itu Rini lagi kasih kucing nya, aku udah mintain, masih ada satu katanya. Hehehehe, saya pun senang 😀
Akhirnya, hari minggu, suami saya menjemput calon anak kucing kami. Rini, teman kami ini, seperti ibu kucing. Dia punya banyak kucing. Dia sayang sekali pada kucing-kucing nya. Tapi karena kucing di rumah nya sudah banyak maka dengan berat hati dia harus merelakan 3 anak kucing untuk diadopsi. Kami mengambil nya satu 🙂
Akhirnya, si anak kucing ini sampai di rumah. Masih meringkuk di dalam kardus nya, dia terlihat masih takut-takut dan malu. Badanya masih gemetar. Dia pun tak banyak berlarian. Kami sih tau saja, mungkin dia masih asing dengan rumah barunya. Sehari setelahnya, anak kucing yang tak punya ekor ini kami beri nama Unyil. Semata-mata karena Rini juga punya panggilan yang sama :p.
Unyil kemudian menjadi pusat perhatian kami. Dia bandel sekali. Berlarian kesana kemari. Menggerogoti sofa, pup di kamar (ini sih karena kesalahan kami, menutup pintu belakang seharian padahal litter box nya ada disana, jadi dia gak bisa nahan pup nya selama kami tinggal bekerja).
Unyil itu pelor. Dia bisa saja berlarian menginjak-nginjak kaki saya, kemudian menggigit-gigit jempol lalu menjilat-jilat lalu nempel di kaki dan tidur. Dia senang dimanja-manja. Senang di belai-belai. Kalau sudah di belai, tidak sampai hitungan menit, sudah tidur.
Lucu deh punya kucing ini, kayak punya anak beneran. Kemarin malam, kami membatalkan rencana menonton Harry Potter karena ingat, Unyil sendirian di rumah. Pasti dia kesepian. Benar saja, ketika kami pulang, baru buka gerbang, udah kedengeran suaranya mengeong dari dalam rumah. Unyil, im so in love with you :*
Jadi, ketika nanti Lemon lahir, dia sudah punya kucing 😀
Ini beberapa foto nya:
Comments are closed.
Hahaha, si Unyil, pongah kecil-kecil main MekBuk… Salam ketjup dari tante Seyren ya. :*
Dan saya juga super mendukung kalau Lemon dikasih Unyil, hehe. Konon ada riset yang bilang anak-anak yang besar di keluarga yang punya binatang peliharaan biasa cenderung lebih pintar.. Salam ketjup juga ya buat Momoncu, calon profesor. :*
hebring banget dia kalo udah sok sok an anggun jalan di atas keyboard hahahah.
Makasih tante Sey, doakan Unyil dan Momoncu akur akur ya nanti :*
woahh seru ya kayanya punya binatang peliharaan, sayangnya saya takut dan ga suka sama binatang apapun heuuuu.. >_> *maen tamagotchi*
aihhh unyil lucunya… kucing2 itu emang lucu ya, mbak ajeeeng…